Entri Populer

Kamis, 03 Februari 2011

KATA BIJAK DARI TOKOH CINA

* Sun Tzu
“Jika yakin perang akan menghasilkan kemenangan, Anda harus bertempur, meskipun aturan melarangnya; jika perang tidak akan membawa kejayaan, janganlah bertempur, meski dalam tawaran kekuasaan.” Sun Tzu (500 SM), jenderal dan filsuf perang asal China”
Kata kata bijak dari orang bijaksana


* Zig Ziglar
“Menang bukanlah segalanya. Yang terpenting adalah usaha untuk menang.” Zig Ziglar, motivator Amerika Serikat”

* Napoleon Bonaparte
“Persiapan yang berlebihan adalah musuh inspirasi.” Napoleon Bonaparte (1769–1821), jenderal, politikus dan kaisar Prancis (1804–14).kata kata bijak yang begitu terkenal

* William Shakespeare
“Waktu adalah keadilan yang menguji mereka yang bersalah.” William Shakespeare (1564–1616), pujangga dan dramawan Inggris”

* Carl Jung
“Pertemuan dua kepribadian adalah seperti kontak dua substansi kimia: jika ada reaksi, keduanya akan bertransformasi.” Carl Jung (1875–1961), penemu analisis psikologi”

* Lawrence Clark Powell
“Menulislah agar dipahami, berbicaralah agar didengar, dan membacalah agar menjadi besar.” Lawrence Clark Powell (1906–2001), pustakawan, penulis, dan kritikus Amerika Serikat”

* Herbert Spencer
“Orang bijak harus ingat bahwa dia adalah keturunan masa lalu sekaligus orang tua bagi masa depan.” Herbert Spencer (1820–1903), filsuf sosial asal Inggris”
mungkin ada baiknya anda bisa menjadikan kata kata bijak diatas sebagai acuan hidup anda dalam melangkah maupun ide dalam mengambil keputusan yang bijaksana.

MOTIVASI, ITU PERLU..DALAM DUNIA KERJA

Banyak orang setuju bahwa motivasi itu bagaikan misteri. Kita pun sering tidak mengenal penuh motivasi dalam diri kita. Apa yang membuat saya bersemangat? Apa yang membuat saya melompat dari tidur saya di pagi hari? Apa yang membuat saya ceria mengerjakan sesuatu walaupun badan lelah?
Beberapa teori utama yang membahas kebutuhan manusia juga seringkali bisa tidak relevan dengan motivasi orang bekerja di masa sekarang. Betulkah untuk merangsang para salesman diperlukan “upah komisi” saja? Apakah seorang salesman tidak punya keinginan berprestasi sendiri, menghargai dirinya, serta mencintai pekerjaannya? Apakah tidak ada di antara kita, orang yang sangat bersemangat melakukan sesuatu atau menjual produk tanpa terlalu hitung-hitungan mengenai berapa imbalan yang ia dapat? Bukankah kita melihat bahwa banyak sekali orang, demi passion-nya juga tidak menunggu sandang-pangan-papan-nya cukup, untuk menghasilkan karya-karya yang hebat? Sebaliknya, kita juga banyak melihat gejala di mana individu yang mendapatkan gaji yang relatif cukup malah tidak tergerak mengejar target. Dengan kata lain, berhenti di kepuasan fisik dan rasa aman saja.

Memang ada orang dan tim yang tidak mementingkan untuk menghidupkan motivasinya secara optimal, bahkan mungkin tidak merasa bahwa motivasi itu penting. Namun, dalam tuntutan situasi seperti sekarang, sulit dibayangkan bila individu, tim dan perusahaan, hanya mengandalkan kekuatan pikir dan fisik saja. Kreativitas dan value adding mustahil berkembang jika tidak didukung motivasi individu dalam kelompok atau organisasi. Bahkan, nilai motivasi bisa jadi lebih besar pengaruhnya terhadap keberhasilan, daripada nilai kompetensi lainnya. Mungkin ini sebabnya instansi pemerintah pun mulai memperhitungkan motivasi pegawai negeri dalam pengembangan sumber dayanya.
Tumbuhkan “Sense of Progress”
Seorang ahli manajemen membuat penelitian terhadap 12.000 karyawan, yang terdiri atas pekerja kasar sampai para eksekutif. Ia menemukan sense of progress sebagai hal yang paling membuat karyawan ingin maju dan berprestasi ketimbang faktor lain, seperti support internal, teknikal, serta kolaborasi tim. Mungkin ini juga alasan bahwa perusahaan-perusahaan servis yang mengandalkan antusiasme karyawannya mengumumkan secara terbuka pencapaian penjualan hariannya, agar setiap karyawan jelas merasakan milestone perusahaan, sedang maju, jalan di tempat, atau mengalami penurunan.
Bagaimana dengan pekerjaan yang dianggap rutin dan sulit diukur kemajuannya? Seorang karyawan bisa saja mengatakan, “Dari tahun ke tahun, saya menyajikan laporan keuangan bulanan terus. Pekerjaan saya memang itu-itu saja.” Bayangkan, betapa sulitnya menjaga motivasi teman kita ini. Dan bayangkan betapa orang semacam ini cepat berkarat dan tua sebelum waktunya. Untuk pekerjaan-pekerjaan rutin, jalan terbaiknya adalah memberi perasaan pada teman-teman kita ini bahwa kesempatan belajar selalu ada. Pertanyaan atau bahkan berbagai tantangan bisa kita berikan seputar pekerjaannya, sehingga setiap individu merasakan progress belajar dalam dirinya.
Genggam “passion”
Tidak jarang kita temui orang yang sangat pede, tapi tidak terlihat antusias. Profesional yang berbakat dan trampil sekalipun bisa saja tidak bersemangat. Teman saya seorang pemain bola basket yang berbakat, terpaksa harus menghentikan kariernya sebagai pemain nasional, setelah menemukan bahwa kedua belah kakinya tidak sama panjang. Teman kita yang seharusnya jatuh mentalnya ini, ternyata tidak jadi kehilangan semangat, bahkan akhirnya merintis kariernya menjadi pelatih. “Saya tidak pernah lepas menggenggam basket. Mengapa harus berhenti?” kata teman kita ini.
Kita tahu bahwa hambatan pasti dihadapi setiap orang dan terkadang bisa menjatuhkan mental. Namun, sepanjang individu punya kecintaan dan minat yang kuat terhadap substansi tertentu, ia senantiasa bisa menemukan jalan untuk membakar antusiasmenya terus-menerus, dan tidak berhenti berkarya.
Teman kita ini juga menambahkan, “Fokus pada diri sendiri tidak boleh terlalu berlebihan, karena situasi seperti ini membuat kita tidak bisa memperhatikan dan bekerja untuk orang lain di sekitar kita.“ Ya, mana mungkin kita mengeluarkan prestasi terbaik, jika tujuan kita semata untuk kepentingan pribadi? Dengan memperluas minat dan kepedulian pada keadaan di sekitar kita dan kebutuhan orang lain, sumber energi kita tentu akan terus terisi, bahkan bertambah besar.
Motivasi itu dinamis
Orang yang malas sering kita sebut sebagai orang yang tidak punya motivasi. Dengan pandangan ekstrem seperti ini, kita seakan punya beban berat jika diberi tugas untuk menanamkan motivasi dalam diri seseorang atau sebuah tim. Sebaliknya, kalau kita membayangkan bahwa motivasi itu bagaikan sebuah sumber energi dalam tubuh kita, kita bisa melihat bahwa motivasi akan selalu ada dalam diri tiap orang. Ada orang yang sumber energinya kuat, ada yang sumber energinya lemah. Ada orang yang mampu konsisten menjaga sumber energinya tinggi, namun ada juga yang grafik energinya naik-turun.
Hal yang “magic” adalah bahwa bahwa energi yang kuat dari seseorang bisa menular pada orang lain. Kita tahu bahwa hawa bersemangat dari seorang pemimpin bagaikan virus yang bisa segera menyebar, membuat orang lain merasa ringan dalam bekerja, bahkan membuat tim jadi kuat mendobrak dan mendorong hasrat pemecahan masalah kreatif.
Jadi, sebetulnya tidak sulit juga membawa organisasi pada suasana motivasional. Dengan menikmati pekerjaan kita, melihat kekuatan tim dan berpikir positif, mengajak teman-teman untuk selalu berpikir maju, pastinya hawa tim akan berubah dan bisa segera mengangkat energi dari orang-orang lain di sekitar kita juga.
Motivasi itu dinamis, mengalir, dan bergerak. Tantangan pun tidak usah dicari-cari lagi jika kita terbiasa berkomunikasi efektif, sehingga kritik dan evaluasi bisa terus masuk. Sebagaimana sering kita baca: “Motivation requires a delicate balance of communication, structure, and incentives“.

Rabu, 26 Januari 2011

Cara Pandang melawan Beban Hidup

Dalam menjalani rutinitas hidup kita sehari-hari, ada banyak tugas yang harus kita selesaikan, tantangan yang harus kita hadapi, dan sering kali kita menganggap itu sebagai beban hidup kita, lantas bagaimana kita harus menyikapinya dan menjalankannya, sehingga tetap bisa menikmati hidup yang hanya satu kali ini saja.. Simak cerita singkat berikut ini.


Bukan beban berat yang membuat kita stress, tetapi lamanya kita memikul beban tersebut.
Pada saat memberikan kuliah tentang Manajemen Stress, Stephen Covey mengangkat
segelas air dan bertanya kepada para siswanya:

“Seberapa berat menurut Anda kira-kira segelas air ini?”
Para siswa menjawab mulai dari 200gr sampai 500gr. “Ini bukanlah masalah berat
absolutnya, tapi tergantung berapa lama anda memegangnya.”
kata
Covey
.
“Jika saya memegangnya selama 1 menit, tidak ada masalah. Jika saya memegangnya
selama 1 jam, lengan kanan saya akan sakit. Dan jika saya memegangnya selama 1hari
penuh, mungkin anda harus memanggilkan ambulans untuk saya. Beratnya sebenarnya
sama, tapi semakin lama saya memegangnya, maka bebannya akan semakin berat.”
“Jika kita membawa beban kita terus menerus, lambat laun kita tidak akan mampu

Cara Pandang melawan Beban Hidup

membawanya lagi. Beban itu akan meningkat beratnya.” Lanjut Covey “Apa yang harus kita
lakukan adalah meletakkan gelas tersebut, istirahat sejenak sebelum mengakatnya lagi”.
Kita harus meninggalkan beban kita secara periodik, agar kita dapat lebih segar dan mampu
membawanya lagi.
Jadi sebelum pulang ke rumah dari pekerjaan Anda hari ini, tinggalkan beban pekerjaan.
Jangan bawa pulang. Beban itu dapat diambil lagi besok. Apapun beban yang ada di pundak
Anda hari ini, coba tinggalkan sejenak jika bisa. Setelah beristirahat nanti dapat diambil lagi.
Sahabat yang terkasih, Hidup ini singkat, jadi belajarlah untuk menikmatinya dan
memanfaatkannya dengan baik. Hal terindah dan terbaik di dunia ini tidak dapat dilihat, atau
disentuh, tapi dapat dirasakan jauh di relung hati kita. Semoga cerita singkat ini bisa
memberikan inspirasi buat kita semua untuk bisa lebih menikmati hidup, bersyukur, dan lebih
produktif setiap hari.
Semoga bermanfaat

Cepat berubah untuk meraih sukses

Apakah Anda ingin sukses ?
Jika kita ditanya pertanyaan ini, maka saya yakin, semua dari kita pasti menjawab : “Ya.. Semua orang pasti ingin sukses !” Betul, karena sukses adalah naluri setiap manusia yang lahir di muka bumi ini. Tapi pertanyaan berikutnya adalah : “ kalau semua orang ingin sukses, kenapa masih lebih banyak orang yang tidak sukses?
Ok… mari kita cari jawabannya sama-sama.
Survei membuktikan, 2 faktor penyebab utama orang tidak bisa sukses, adalah karena mereka enggan berubah atau terlalu lambat untuk berubah. Dunia terus berubah, bahkan saat ini perubahan terjadi sangat-sangat cepat. Jadi kalau kita tidak siap berubah, maka kita akan ketinggalan atau bahkan mengalami kegagalan.s Untuk meraih sukses pada zaman ini, kita harus cepat beradaptasi dan cepat untuk berubah.